Suara
Setan membuat kita tidak mau mengakui dosa. Setelah kita berbuat dosa, Setan
akan mengajarkan kepada kita bahwa berbuat dosa itu lumrah, tidak ada apa-apa,
banyak orang yang juga melakukan, bukan hanya kita seorang diri saja.
Ketika
kita sedang susah, Setan memberikan perasaan kesepian kepada kita, tetapi
ketika berbuat dosa, Setan memberikan perasaan masal kepada kita. Kita
seolah-olah disadarkan bahwa kita tidak seorang diri saja. Inilah ilmu
psikologi dari Setan. Ketika kita susah, Setan mengajarkan kita sebagai orang
yang paling susah di seluruh dunia. Lalu Setan mengajarkan, daripada terlalu
susah, lebih baik bunuh diri saja. Tetapi ketika kita sedang berbuat dosa,
Setan selalu membisikan bahwa kita tidak seorang diri. Yang berbuat dosa seperti
kita banyak, sehingga kita termasuk mayoritas. Lalu, kita mulai mencari tahu,
dan akhirnya banyak informasi diberikan, ada pendeta yang homoseks, ada majelis
yang lesbian, dan dapat berteriak “Puji Tuhan, saya tidak kesepian, banyak
memiliki teman”.
Suara
Setan secara keseluruhan mengakibatkan hidup kita akan semakin mirip dengan
dia, yang najis, tidak suci, jauh dari Tuhan, menghina firman dan mencela,
menghina, mengejek Kristus di kayu salib, serta menghindarkan diri dari
kekudusan Roh sambil dengan berani memakai nama Roh Kudus.
(Pdt. Dr. Stephen Tong: Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan
Setan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar