Rabu, 14 Januari 2015

Tuhan Yesus adalah Allah dan Manusia (bagian 2)

Matius 3:17, Yohanes 8:58

Hal penting yang harus kita percaya dalam mengenal siapakah Tuhan Yesus yaitu Ia sungguh-sungguh adalah Allah. Tuhan Yesus adalah Allah yang berkuasa penuh. Ketika peristiwa pembaptisan-Nya oleh Yohanes Pembaptis, maka Allah Bapa sendiri menyatakan Ia adalah Anak yang dikasihi dan diperkenankan Allah Bapa.

Mengapa mengerti dan mengenal bahwa Tuhan Yesus adalah Allah, itu sangat penting? Karena jika Tuhan Yesus bukan Allah sejati, maka Ia tidak cukup mampu untuk menanggung dosa manusia. Jika Tuhan Yesus bukan Allah, maka Ia tidak akan sanggup mengalahkan kuasa dosa dan kuasa kematian. Tapi Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Ia sungguh Allah yang berkuasa yaitu Raja di atas segala raja.

(diambil dari majalah Kita edisi28)

Selasa, 13 Januari 2015

Tuhan Yesus Adalah Allah dan Manusia (bagian 1)

(1 Yohanes 1:1, Kisah Para Rasul 3:21-22)
 
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Pribadi kedua dari Allah Tritunggal yang rela turun kedalam dunia karena Alkitab mencatat bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal, supaya yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Ketika menjadi manusia, Tuhan Yesus sungguh menjadi manusia seperti kita, hanya saja Ia tidak pernah berdosa. Tuhan Yesus bukan pura-pura jadi manusia tapi Ia sungguh menjadi manusia sama seperti kita, bisa lapar, bisa sedih, bisa lelah, bisa menangis dan lain sebagainya. Sehingga Tuhan Yesus sungguh-sungguh mengerti kesusahan yang dialamai manusia. Tapi Ia tidak berdosa, sehingga hanya Dialah yang sanggup membayar dan menanggung hukuman dosa kita.

(diambil dari buku Majalah Kita Edisi 28)

Rabu, 07 Januari 2015

Belajar Takut Akan Tuhan

1. Mengingat. salah satu cara kita belajar takut akan Tuhan adalah semata-mata dengan mengingat. Kita mengingat apa yang Allah katakan mengenai diri-Nya sendiri dan mengenai kita. Salah satu dosa yang berulang kali terjadi pada umat Allah adalah kita lupa. Meskipun kita memiliki Kitab Suci yang setiap hari ada di hadapan kita, dan kita diingatkan melalui persekutuan yang mempersatukan serta Perjamuan Kudus, kita dengan cepat melupakan siapa Allah dan apa yang telah dilakukan-Nya. Kita lupa bahwa Raja dan Bapa, Pribadi yang mengatasi segala bangsa, telah memangil kita keluar dari perbudakan untuk menjadi anak-anak yang menghormati nama-Nya.
Sarana yang paling utama mengingat Allah bukanlah sebuah cara yang mencolok, melainkan cara yang benar dan diberikan oleh Allah. Cara itu adalah dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci, serta bersekutu dengan orang-orang percaya yang dapat menunjukan kemuliaan Kristus kepada kita sementara kita juga berusaha melakukan hal yang sama kepada mereka.

2. Mengakui dosa. Mengingat akan lebih mudah untuk dilakukan apabila kita menyadari bahwa masalah kita yang paling mendalam adalah pergumulan kita dengan dosa. Pertimbangkanlah untuk memanjatkan doa Bapa Kami setiap hari (Matius 6:9-13). Dalam doa yang singkat ini, kita diajar dasar-dasar dari kehidupan manusia.
  • Allah adalah Bapa kita
  • Kita ingin agar nama-Nya diagungkan dan dihormati dalam hidup kita dan di dunia ini.
  • Kita ingin agar hukum-hukum-Nya tertera secara mendalam di hati kita dan secara meluas di dunia.
  • Kita meminta kebutuhan kita dicukupi setiap hari.
  • Kita mengakui dosa-dosa kita, dan menyatakan bahwa kita telah mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita.
  • Kita berdoa agar Allah membebaskan kita dari rencana Iblis.

(Diambil dari buku "Kecanduan" Sebuah pesta dalam kubur - Edward T. Welch)

Senin, 05 Januari 2015

Merenungkan Kedatangan Yesus Kristus

 Apa manfaat dari merenungkan kedatangan Kristus kembali? Ada beberapa keuntungan. Pertama, hal ini mengingatkan kita bahwa ada batas waktu. Peperangan melawan dosa itu berat, namun suatu hari nanti hal itu akan berakhir. Jika kita tidak dapat melihat akhir dari peperangan kita melawan dosa, maka kita akan mudah menjadi lelah dan menyerah. Namun ketika kita tahu bahwa batas akhir itu semakin dekat, kita menjadi jauh lebih waspada Seperti calon pengantin wanita menantikan kedatangan pengantin pria, atau seorang siswa yang harus menyelesaikan tugas pada tanggal tertentu, batas waktu membuat kita rela tidak tidur untuk melakukan apa yang diminta dari kita. Batas waktu itu membuat saat ini menjadi sangat mendesak, dan mencegah kita untuk mengatakan kepada diri sendiri, "Satu kali lagi saja_____, kemudian aku akan berhenti."

Manfaat Kedua, dari merenungkan apa yang akan terjadi di masa mendatang adalah bahwa kekekalan menyingkap hal-hal yang penting. Ketika pikiran kita dipenuhi oleh masa kini, maka hati nurani kita yang kurang perhatian lebih lebih berkemungkinan untuk mengizinkan "satu kali saja." Namun ketika kita mempertimbangkan pemikiran dan perbuatan kita atas dasar kedatangan Kristus kembali, maka natur keinginan kita yang melayani diri sendiri menjadi tampak lebih jelas.

Manfaat Ketiga, dari merenungkan anugerah yang akan datang adalah hal tersebut menyingkapkan tujuan kita yang sesunguhnya. Hal ini bisa menjadi sebuah pendorong yang sangat kuat. Tujuan kita adalah agar kita menjadi sempurna - bukan menjadi makhluk yang mengetahui segalanya, tetapi menjadi makhluk yang tidak berdosa. Pertimbangkanlah ini. Tidakkah kita sering memaafkan diri sendiri ketika kecanduan itu terjadi karena kita berpikir, Ini sangat manusiawi - aku tidak dapat menahan diri? Namun sikap manusiawi sesungguhnya berarti menjadi seperti Yesus dalam segala hal yang dapat kita perbuat. Hal ini berarti kita menjadi orang-orang yang dikendalikan oleh Roh dari Allah yang hidup saja, bukan oleh keinginan pribadi kita. Sikap manusiawi yang sesungguhnya adalah mampu mengatakan "tidak" pada keinginan yang duniawi meskipun hal itu menyakitkan.

(diambil dari buku "Kecanduan : Sebuah Pesta Dalam Kubur" - Edward T. Welch)