Rabu, 13 Maret 2013

5 Ciri Dewasa Dalam Pemikiran 1 Korintus 14:20

Ciri kedewasaan yang pertama adalah melihat Tuhan, bukan manusia. Jemaat Korintus tidak dewasa karena mereka "melihat" kepada Paulus, Apolos, Petrus, sehingga terjadi favoritisme. Jemaat yang memiliki favoritisme terhadap hamba-hamba Tuhan bukanlah jemaat yang dewasa. Orang yang dewasa, kalaupun mendukung pemimpinnya, itu dilakukan bukan karena manusia, melainkan karena Tuhan..

Ciri kedewasaan yang kedua adalah memikirkan orang lain dan demi mereka kita berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan. Waktu orang lain mengatakan ada sesuatu yang tidak beres dengan diri kita dan kita malah marah, kita sebenarnya kurang dewasa. Alkitab mengatakan, jika apa yang kita perbuat itu menjadi batu sandungan, kita tidak bisa memakai prinsip privasi. kita harus introspeksi diri dan berubah. Prinsip kasih itu memikirkan orang lain, bukan bersikeras dengan pendapat diri sendiri, ini namanya egois.

Ciri kedewasaan yang ketiga dikaitkan dengan konsep anggota tubuh Kristus. Dewasa berarti kita tahu bagian atau fungsi kita masing-masing. jika kita tidak mengenal diri, kita belum dewasa. jika setelah bertahun-tahun kita masih bingung dimana fungsi kita dalam tubuh Kristus, mungkin saja kita belum dewasa. kita memang perlu bergumul dihadapan Tuhan untuk mengenal fungsi kita masing-masing. Apapun fungsinya kita harus bertekun dan setia mengerjakannya.

Ciri kedewasaan yang keempat adalah menjadi berkat dan membangun orang lain lebih dari sekedar mendapatkan karunia sebanyak-banyaknya. mengapa gereja tertentu miskin sekali karunia rohaninya? Jawaban yang sebenarnya adalah bahwa Alkitab tidak mengajar untuk mengejar karunia rohani sebanyak-banyaknya. Jika kita minder karena hal ini, kita sudah terjebak dalam semangat kompetisi dunia. Ambisi yang kudus seharusnya berkata, "Berapa pun talenta yang Tuhan percayakan, saya akan memakainya menjadi berkat untuk orang lain". ini adalah prinsip kasih. Berapa banyak talenta yang Tuhan beri, itu ada dalam kedaulatan-Nya. kalau Tuhan hanya memberi satu talenta, tugas kita adalah memakai yang satu ini menjadi berkat untuk orang lain

Ciri kedewasaan yang kelima adalah mengerti esensi lebih dari fenomena. Paulus, waktu membahas karunia bernubuat dan berbahasa lidah, tidak hanya membahas sebatas fenomena. Orang yang terus membahas fenomena tidak bisa melihat akarnya. Orang itu terjebak dalam kasus demi kasus. Demikian juga ketika kita belajar menyelidiki diri kita sendiri, jangan hanya melihat segala sesuatu dari fenomena saja. Jika kita hanya mengejar hati nurani saja tetapi tidak mau tunduk kepada firman Tuhan, hati nurani kita akan bersifat sangat subjektif dan akhirnya relatif. Kita pikir kita benar, tetapi ternyata tidak alkitabiah.

Ajarlah Kami Bertumbuh - Billy Kristanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar