Senin, 05 Januari 2015

Merenungkan Kedatangan Yesus Kristus

 Apa manfaat dari merenungkan kedatangan Kristus kembali? Ada beberapa keuntungan. Pertama, hal ini mengingatkan kita bahwa ada batas waktu. Peperangan melawan dosa itu berat, namun suatu hari nanti hal itu akan berakhir. Jika kita tidak dapat melihat akhir dari peperangan kita melawan dosa, maka kita akan mudah menjadi lelah dan menyerah. Namun ketika kita tahu bahwa batas akhir itu semakin dekat, kita menjadi jauh lebih waspada Seperti calon pengantin wanita menantikan kedatangan pengantin pria, atau seorang siswa yang harus menyelesaikan tugas pada tanggal tertentu, batas waktu membuat kita rela tidak tidur untuk melakukan apa yang diminta dari kita. Batas waktu itu membuat saat ini menjadi sangat mendesak, dan mencegah kita untuk mengatakan kepada diri sendiri, "Satu kali lagi saja_____, kemudian aku akan berhenti."

Manfaat Kedua, dari merenungkan apa yang akan terjadi di masa mendatang adalah bahwa kekekalan menyingkap hal-hal yang penting. Ketika pikiran kita dipenuhi oleh masa kini, maka hati nurani kita yang kurang perhatian lebih lebih berkemungkinan untuk mengizinkan "satu kali saja." Namun ketika kita mempertimbangkan pemikiran dan perbuatan kita atas dasar kedatangan Kristus kembali, maka natur keinginan kita yang melayani diri sendiri menjadi tampak lebih jelas.

Manfaat Ketiga, dari merenungkan anugerah yang akan datang adalah hal tersebut menyingkapkan tujuan kita yang sesunguhnya. Hal ini bisa menjadi sebuah pendorong yang sangat kuat. Tujuan kita adalah agar kita menjadi sempurna - bukan menjadi makhluk yang mengetahui segalanya, tetapi menjadi makhluk yang tidak berdosa. Pertimbangkanlah ini. Tidakkah kita sering memaafkan diri sendiri ketika kecanduan itu terjadi karena kita berpikir, Ini sangat manusiawi - aku tidak dapat menahan diri? Namun sikap manusiawi sesungguhnya berarti menjadi seperti Yesus dalam segala hal yang dapat kita perbuat. Hal ini berarti kita menjadi orang-orang yang dikendalikan oleh Roh dari Allah yang hidup saja, bukan oleh keinginan pribadi kita. Sikap manusiawi yang sesungguhnya adalah mampu mengatakan "tidak" pada keinginan yang duniawi meskipun hal itu menyakitkan.

(diambil dari buku "Kecanduan : Sebuah Pesta Dalam Kubur" - Edward T. Welch)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar