Kamis, 28 November 2013

Gejala Suara Setan: Meragukan Firman

Suara Setan dapat diketahui dengan melihat dampak meragukan firman Allah. Rene Descartes, seorang filsuf Perancis, mengatakan bahwa keraguan memiliki dua penyebab. Sebelumnya orang tidak terlalu mengerti akan "keraguan". setelah Descartes, keraguan mulai dimengerti dengan lebih teliti. Keraguan ada yang dimotivasikan oleh keinginan untuk percaya, tetapi mengalami kesulitan, sehingga mengakibatkan keraguan. sebagian lagi keraguan timbul karena memang mau meragukan.

Setan memberikan keraguan, sehingga kita semakin lama semakin tidak percaya kepada firman Tuhan. Keraguan demikian pasti adalah keraguan dari Setan. Dalam keraguan yang dikerjakan oleh setan ini, terdapat dua proses yang ia garap: (1) memutlakkan yang salah dan (2) merelatifkan yang benar. Hal ini dapat segera jelas terlihat di kejadian 3. Ketika Allah berkata: "Jangan makan, pada hari engkau makan, engkau pasti mati," maka Setan merelatifkan dengan mengatakan bahwa  belum tentu akan mati. Sesuatu yang Allah pastikan, kini tidak dikonfirmasikan, malahan diragukan. Bahkan ketika Adam makan dan kelihatan tidak mati, itu seolah menjadi konfirmasi hal yang salah. Akibatnya, manusia meragukan suara Allah dan memutlakkan suara Setan.

(diambil dari buku Memontum: Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Setan - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Gejala Suara Setan: Mengacaukan Kebenaran

Jikalau sesuatu hal terlihat berusaha untuk mengacaukan kebenaran, maka di belakang gagasan itu pasti suara setan yang bekerja untuk mencapai tujuan yang tidak benar. Suara Setan adalah suara yang mengacaukan pengertian akan kebenaran. Inilah yang selalu dikerjakan oleh Setan. Setan berusaha mengacaukan status, mengacaukan ordo-ordo yang ditetapkan oleh Tuhan di dalam alam semesta.

Maka pengacauan untuk mengeluarkan kita dari kesalahan adalah hal yang sangat penting. Ketenangan di tengah-tengah kesalahan adalah hal yang sangat merugikan. dalam hal inilah, banyak gereja tidak merasa ada kekacauan, karena mereka menikmati ketenangan di tengah kesalahan. Maka, kalau mendengar seminar atau membaca buku seperti ini, mereka merasa celaka, karena nanti gereja dapat kacau. Maka tidak heran banyak orang yang merasa lebih baik tenang di dalam kesalahan ketimbang terjadi kekacauan oleh karena kebenaran.

(diambil dari buku Momentum: Roh Kudus Suara Hati Nurani dan Setan - Pdt. Dr. Stephen Tong)