Selasa, 16 April 2013

Penderitaan: Akibat Dosa (2)

Ketika kita berbuat dosa, kita selalu mempunyai kemauan untuk merangkul semua orang, dan mau menghibur diri dengan berkata bahwa karena semua berdosa, maka tidak apa-apa jika saya berdosa. Tetapi setelah kita berdosa dan mendapatkan kesengsaraan serta penderitaan, maka kita langsung merasa diri begitu tersendiri . Sewaktu berdosa, kita merasa bersama-sama dengan mayoritas; tetapi, ketika menderita, kita merasa begitu tersendiri. Ini merupakan dualisme yang diciptakan oleh setan untuk mengacaukan kesadaran kerohanian manusia.

Mengapa kita berbuat dosa kita tidak merasa apa-apa? sebab kita merasa  bahwa kita hanyalah salah satu diantara begitu banyak orang yang melakukan dosa yang sama. Jika demikian, mengapa kita menderita, kita langsung merasa paling tersendiri? Pada waktu kita memakai kebebasan untuk berbuat dosa, kita tidak pernah sadar bahwa kita sebenarnya sedang membuang hak asasi manusia untuk menjalankan kebenaran; tetapi pada saat menderita, kita merasa hak asasi kita sedang direbut.

Allah tidak menjadi tidak ada hanya karena manusia pintar bicara untuk membuktikan bahwa Allah tidak ada. Allah juga tidak menjadi ada karena manusia pandai membuktikan bahwa Allah ada. Keberadaan Allah tidak diakibatkan oleh diskusi kita, tetapi merupakan penyebab kita bisa berdiskusi tentang ada tidaknya Allah. Keberadaan Allah bukan merupakan hasil argumentasi kita, tetapi merupakan dorongan kita berargumentasi, baik tentang Ia ada atau tidak ada. Maka, ateisme, teisme, maupun semua orang yang mengatakan suatu teori, sebenarnya sedang menggarap suatu fakta bahwa karena Allah ada, maka kita memikirkan apakah Ia ada ataukah tidak.

(diambil dari buku "Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia" Pdt. Dr. Stephen Tong)

Penderitaan: Akibat Dosa (1)

Ketika seseorang menderita, pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Mengapa saya? Mengapa harus saya? Mengapa diri saya yang menderita penderitaan ini?" Perasaan tersendiri, perasaan tidak seharusnya,perasaan kehilangan sesuatu, dan perasaan disiksa, semua itu terjadi rangsangan kesadaran eksistensi setiap pribadi.

Pada waktu kita menderita, sengsara dan tidak dimengerti oleh orang lain, kita akan bertanya, "mengapa saya yang kena?'' berbagai pertanyaan ini akan menjadi akan menjadi suatu deretan yang tidak kunjung habis, sehingga akibatnya kita menjadi semakin tersendiri. Kita yang merasa diri benar dan tidak ada kebenaran di dalam diri Allah, mulai menuduh Allah dan bahkan mungkin meragukan keberadaan Allah.

Perubahan yang mengakibatkan kita semakin tersendiri memutlakan diri, menjauhkan diri dari Allah, dan menganggap Allah tidak ada, adalah salah satu cara setan yang paling ampuh untuk merusak kerohanian manusia. Ingatlah, ketika kita berbuat dosa, kita tidak pernah diberi pengertian tentang apakah kaitan antara perbuatan dosa dengan penderitaan. Ingatlah, ketika kita memakai kebebasan secara sewenang-wenang, kita tidak pernah disadarkan untuk mempersiapkan jiwa kita menuju hukuman yang akan tiba.

(diambil dari buku " Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia" Pdt. Dr. Stephen Tong)

Kamis, 11 April 2013

Hidup Melajang - Mark Dever


Hal pertama yang harus dikatakan tenang seks dan pria  lajang adalah, tidak boleh ada seks bagi pria lajang! Jika Anda tidak menikah, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Anda harus menahan diri dari segala kontak seksual. Seks tidak boleh dialami di luar pernikahan,

Sayangnya, generasi kita sekarang semakin sulit untuk memperhatikan pengajaran Alkitab, bukan hanya karena banyak orang yang menunda pernikahan, melainkan karena budaya kita semakin kurang menghargai pernikahan. Jika anda Pria lajang, Anda layak bertanya kepada diri sendiri, apakah Anda memiliki sikap "Itu akan terjadi ketika itu terjadi? Apakah ini adalah sikap Kristen? Apakah ini merupakan tanda panggilan Allah terhadap kaum pria  kristen?

Tentu saja, tidak semua pria yang tidak menikah hidup melajang karena alasan yang sama, atau memiliki pandangan yang sama tentang, ketelanjangan mereka. Sebagian pria sudah menikah, namun dalam provedensi Allah yang misterius, baik melalui kematian atau perceraian, kini mereka melajang kembali. Jika ini yang anda alami, Anda boleh bersyukur kepada Allah bahwa Dia sudah memberikan kepada Anda Sukacita apa pun yang pernah Anda kenal melalui pernikahan di masa lampau. Anda mungkin puas dengan melajang kembali, atau Anda mungkin ingin menikah lagi. Dan tentu saja, menurut Alkitab, Anda mungkin atau tidak mungkin bebas untuk menikah lagi.

(diambil dari buku "Seks dan Supremasi Kristus"- John Piper dan Justin Taylor)

Pertobatan adalah Gaya Hidup

Apakah bunyi sangkakala Reformasi yang pertama?
Bukanlah otoritas Kitab Suci, meskipun itu adalah hal yang begitu mendasar. Kitab Suci merupakan suara, wajah, dan penyataan Allah. Ada satu pribadi yang hadir melalui halaman-halamannya. Anda belajar bagaimana Dia berpikir. bagaimana Dia  bertindak. Siapa Dia. Apa yang sedang Dia kerjakan. Tetapi sola scriptura ("hanya Kitab Suci") tidak berada di baris terdepan.

Bukan pula pembenaran oleh iman meskipun hal itu sangat krusial. Kita adalah orang-orang yang kotor bagaikan kain yang kotor dan berminyak. Kristus adalah taman terangnya. Kita diselamatkan karena perbuatan-Nya, kematian-Nya, kebaikan-Nya. Kita diselamatkan dari diri kita sendiri dari luar diri kita sendiri. Tidak ada matera rohani. Tidak ada kisah menaiki tangga perbuatan baik, atau pengetahuan rohani, atau pengalaman mistis. Dialah yang turun, penuh anugerah dan kebenaran, Firman menjadi manusia, Anak Domba Allah. Kita yang menerimanya. Itu penting sekali. Namun Sola Fide ("hanya oleh iman") bukanlah awal yang sesungguhnya.

(diambil dari buku "Seks dan Supremasi Kristus" - John Piper dan Justin Taylor)

Selasa, 09 April 2013

Apa itu Gereja?


Secara sederhana, gereja adalah kumpulan orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan bertumbuh dalam kasih mereka kepada Allah, kepada satu sama lain, dan kepada dunia. Pikirkan tentang gereja itu sebagai sebuah bangsa daripada sebagai bangunan khusus yang dikunjungi pada hai Minggu. Sebagai bangsa, gereja mencakup orang-orang diseluruh dunia yang tidak akan pernah kita jumpai di bumi ini. Tetapi ini benar-benar sebuah bangsa dengan Yesus Kristus sebagai Rajanya.
Sebenarnya seperti apakah gereja itu? Dalam Perjanjian Baru, pengertian gereja mengacu kepada jemaat setempat yang mengadakan pertemuan. “Gereja itu ‘muncul’ ketika Roh Kudus membawa orang percaya ke suatu ke suatu tempat untuk bergabung di dalam Kristus untuk mengadakan Persekutuan.

(diambil dari buku “Kecanduan” – Edward T. Welch)

Senin, 08 April 2013

Manfaat Gereja (3)


Gereja memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan. Ketika Yesus naik ke sorga. Ia melimpahkan karunia rohani kepada murid-murid-Nya. Ia memberikan kepada gereja segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuannya sampai ia kembali (1 Korintus 1:7). Tujuan utamanya, tentu saja, adalah agar kita memuliakan Allah. Namun demikian tujuan ini dinyatakan dalam sejumlah cara yang berbeda, salah satunya adalah agar kita dapat memerangi dosa secara lebih efektif.

Dalam peperangan kita melawan dosa, kita membutuhkan sekelompok orang. Kita membutuhkan para guru untuk menolong kita mengerti Kitab Suci, para nabi untuk menolong kita menerapkannya, para pensyafaat untuk berdoa bagi kita, para pendeta untuk memfokuskan pandangan kita kepada Kristus, pemberi semangat untuk mengingatkan kita akan anugerah Allah ketika kita merasa gagal, pria dan wanita yang bijaksana untuk mengetahui ketika kita membuat keputusan yang bodoh, dan orang-orang beriman untuk memberi tahu kita bahwa segala sesuatu yang telah dikatakan Allah itu benar di dalam Kristus.

(diambil dari buku "Kecanduan" - Edward T. Welch)

Manfaat Gereja (2)


Gereja mengajarkan kepada kita untuk mengingat. Sangat sulit untuk mengingat nama yang paling penting. Secara dangkal, tampaknya hal yang paling penting adalah tidak tertangkap, menghindari rasa sakit, dan memiliki kebebasan. Dengan hikmat yang semakin bertumbuh, kita mendapati bahwa tidak mabuk dan menguasai diri sendiri sangat penting. Tetapi dibutuhkan pernyataan khusus dari Allah dan peringatan dari umat-Nya untuk mengajarkan kepada kita bahwa Allah-lah yang terpenting. Gereja ada demi kemuliaan Allah. Ini adalah tujuan dari semua penciptaan (Mazmur 19), tetapi hal ini secara khusus diungkapkan melalui gereja.

(diambil dari buku Kecanduan" - Edward T. Welch)


Manfaat Gereja (1)



Gereja mengubah identitas kita. perhatikan perbedaan antara "Saya Jim. Saya seorang pecandu alkohol" dengan "Saya Jim. Saya bagian dari tubuh Kristus. Saya bagian dari 'imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri' (1 Petrus 2:9)Bagi orang-orang yang telah menaruh imannya di dalam Kristus, Kristus sendirilah yang mempersatukan dan menyingkapkan diri kita secara jelas -  bukan ras, status keuangan, hobi, minat, atau masalah-masalah tertentu. Keluarga kita - orang-orang yang terdekat dengan kita - adalah mereka yang telah menaruh imanya di dalam Yesus Kristus. Ketika identitas utama kita adalah "alkohol," "pecandu narkoba," atau "pecandu seks,"  kita mengatakan bahwa masalah kitalah yang menyingkap siapa diri kita, dan gereja kita terdiri dari orang-orang yang juga memiliki masalah yang khusus itu.

(diambil dari buku "Kecanduan" - Edward T. Welch)

Minggu, 07 April 2013

Apa Itu Dosa?


Jika dikatakan Saudara adalah manusia yang berdosa, sering sekali Saudara langsung marah, Saudara tidak suka, Jengkel, dan membenci orang yang mengatakannya. Mungkin Saudara akan berkata: "Engkau sembarangan mengatakan saya orang berdosa. Saya tidak pernah masuk penjara, saya bukan narapidana, saya tidak di Nusakambangan. Saya tidak pernah membunuh orang, dan saya juga tidak pernah mencuri atau menipu uang orang lain. Saya sudah melakukan kehidupan dengan sejujur mungkin. Bagaimana engkau bisa menuduh saya orang berdosa?"
Apakah hanya orang yang berada di Nusakambangan atau penjara adalah orang berdosa, sementara orang yang di luar penjara adalah orang yang tidak berdosa?Tidak! Hati nurani saudara sudah membuktikan dan memberi tahu bahwa saudara sering berbuat salah. Hati nurani saya juga sudah menuding bahwa saya suka menyeleweng dari kebenaran. Pikiran kita kurang sesuai dengan Firman dan kebenaran Tuhan, emosi kita kurang sesuai dengan cinta kasih Tuhan. Itulah dosa! Dosa tidak perlu sampai kita jadi pembunuh, dosa cukup dengan kita menjadi congkak, mengangap diri kita lebih baik, dan menghina orang lain dan kurang menghiraukan kebutuhan sesama manusia. Semua itu juga adalah dosa.

(diambil dari buku "Yesus Kristus Juruselamat Dunia" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Bagaimana cara berpacaran yang benar?


Berpacaran yang baik adalah bertindak dengan baik di mata manusia dan Tuhan. Berpacaran ada batasnya. Jangan sampai semua waktu dipakai untuk berpacaran, sampai lupa mandi, lupa sikat gigi, lupa sekolah. Pada waktu belajar, jangan banyak pacaran. Orang yang terlalu cepat meloloskan kudanya untuk lari dengan cepat, akan susah memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan yang lain. Mencintai seseorang memeras jiwa, memeras pikiran, memeras uang, dan memeras tenaga. Begitu banyak yang diperas sampai tersisa sedikit sekali. Orang yang terlanjur jatuh cinta selalu terus memikirkan dia terus. Kalau si dia batuk sedikit, langsung kuatir kena TBC; sedikit kena air dingin, langsung kuatir masuk angin. Engkau tidak boleh menyita waktu yang Tuhan berikan hanya untuk berpacaran. Maka, jika memungkinkan, tunda waktu pacaran mu agar tidak menghabiskan uangmu dan waktumu. Tidak ada orang yang berpacaran tidak menggunakan uang. Orang yang pelit, ketika jatuh cinta bisa menjadi orang yang murah hati. dulu mengeluarkan uang lima ribu rupiah terasa  begitu mahal, tetapi sekarang dengan mudahnya mengeluarkan lima ratus ribu rupiah karena jatuh cinta. Cinta itu memiliki khasiat yang luar biasa. Anak yang tadinya malas ke sekolah, bisa menjadi sangat rajin karena kalau tidak naik kelas nanti akan terpisah dan ketinggalan dari pacarnya. Tetapi terkadang, kekuatan cinta itu sedemikian besarnya, hingga menjadi terlalu besar sampai-sampai membuat orang menjadi rajin di dalam hal-hal yang buruk

(diambil dari buku "Rahasia Kemenangan dalam cinta dan seks menuju pernikahan" )
(Pdt. Dr. Stephen Tong)

Konsep Mengenai Waktu (3 )


ketiga, waktu adalah catatan. Yakni catatan segala sesuatu di dalam hidup pribadi kita masing-masing. Tidak ada yang lebih serius dibandingkan dengan waktu, karena segala sesuatu akan dan harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Pencipta, Penebus, dan Hakim kita yang agung. Segala yang kita pikirkan dan kerjakan pasti akan memperhadapkan kita kepada Tuhan Allah, dan pada waktu itu kelak tidak ada seorang pun dapat menolong kita. Biarlah sekarang juga kita bertobat, meninggalkan segala dosa, memperbaiki kehidupan kita masing-masing dan serahkan diri kepada Tuhan. Selama kita masih ada waktu untuk hidup, selama masih bereksistensi, selama masih diberikan kesempatan oleh Tuhan, biarlah kita gunakan waktu kita sebaik-baiknya.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Jumat, 05 April 2013

Konsep Mengenai Waktu (2)

Kedua, Waktu adalah kesempatan. sebenarnya waktu lebih dari pada kesempatan, tetapi setiap kesempatan tidak mungkin berada diluar waktu. Semua kesempatan berada di dalam waktu. Hal ini tidak berarti kita boleh memilih setiap kesempatan berdasarkan Interes (keinginan/kecenderungan) kita sendiri, tetapi kita harus peka terhadap pimpinan Tuhan. lalu kita menangkap semua kesempatan yang penting. Di dalam mitologi Yunani, dewa kesempatan dilukiskan dengan kepala botak di bagian belakang dan rambutnya hanya di bagian depan, dan mempunyai sayap di kaki. Dewa kesempatan jarang lewat, maka manusia harus mencarinya. Kalau dewa kesempatan itu lewat dan manusia berusaha mengejarnya; ia tidak mungkin dapat mengejarnya, karena ia mempunyai sayap di kakinya. Lagi pula kita tidak bisa menangkapnya dari belakang, karena kepala bagian belakangnya botak. Tetapi kalau manusia sudah bersiap-siap untuk  menangkapnya sebelum ia tiba, dan begitu dia tiba langsung menangkapnya, masih bisa menangkapnya dengan memang rambutnya yang di depan. Hal ini digabungkan dengan tiga kalimat, Orang bodoh selalu membuang kesempatan; orang biasa menunggu kesempatan; orang pandai (bijaksana) mencari kesempatan. 

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Kamis, 04 April 2013

Konsep Mengenai Waktu (1)

Pertama, Waktu adalah hidup; berapa panjang hidup kita itulah seberapa panjang waktu kita; selesai hidup kita selesai pula waktu kita; berhentinya eksistensi kita ditentukan berhentinya waktu yang ada pada kita. Kalau kita benar-benar mencintai diri kita sendiri, cintailah waktu yang ada pada hidup kita sendiri; apa yang dapat kita kerjakan sekarang, jangan tunda sampai besok; apa yang bisa kita pelajari di masa muda, jangan sampai tua. Berapa banyak orang yang menyesali hidupnya; mengeluh karena tidak mungkin memutar kembali (mengembalikan) sejarah atau waktu yang sudah lewat. Penyesalan merupakan suatu kesedihan yang perlu kita prihatinkan, tetapi kita tidak mempunyai daya apa-apa untuk menolong , karena penyesalan berarti mengakui ketidakberdayaan diri kita yang berada di dalam keterbatasan. Agar hidup kita tidak penuh penyesalan, kita harus cepat-cepat mengerjakan apa yang Tuhan inginkan kita kerjakan sekarang.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Selasa, 02 April 2013

Bagaimana Menghitung Hari-hari Kita? (4)

Keempat, membagi-bagikan waktu. Ini berarti kita harus secepatnya memberikan atau membagi-bagikan kepada lebih banyak orang segala sesuatu yang kita miliki. Jikalau kita memiliki sesuatu dan kita memonopolinya hanya untuk diri kita pribadi, maka kita akan mati dan apa yang kita miliki itu akan dikuburkan bersama diri kita. Tetapi jikalau kita rela membagi-bagikannya kepada orang lain, sehingga orang  lain juga mendapatkanya, maka lebih banyak orang di dunia ini mendapatkan manfaatnya atau berkat dari Tuhan.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Senin, 01 April 2013

Bagaimana Menghitung Hari-hari kita? (3)


Cara menghitung kali. Bagaimana kita menghitung atau menggunakan waktu dengan cara kali? Dengan melakukan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Dr. Lie Sen Chang. seorang profesional teologi dari sebuah sekolah teologi di boston memberi kesaksian, bahwa setiap pagi sambil berolah-raga selama kira-kira setengah jam dia mendoakan kira-kira 70 orang. Inilah cara menggunakan waktu dengan sistem kali. Orang bijaksana yang sudah terlatih dapat melakukan hal seperti ini. Kita dapat melatih diri bagaimana dalam waktu yang terbatas bisa mengerjakan pekerjaan yang lebih banyak. Mary Slassor, seorang wanita utusan misi yang dikirim ke Afrika, setelah meninggal dunia harus digantikan tiga orang laki-laki untuk meneruskan pekerjaannya. Ia tahu bagaimana menggunakan waktu; dia bisa menggunakan hidupnya yang singkat, beberapa puluh tahun, untuk melakukan banyak hal, bagaimana dalam waktu singkat uangnya bisa berlipat ganda, Tetapi, kita perlu memikirkan hal lain disamping uang; bagaimana kita meningkatkan hidup, menegakan karakter dan kepribadian, serta menumbuhkan kerohaniaan dan iman kita dengan cara mengalikan waktu kita. Kita bisa melipatgandakan penggunaan waktu kita yang terbatas; bagaimana memakai waktu yang sedikit untuk mencapai hasil yang terbesar, yang bernilai kekal. Jangan kita membuang waktu, kesempatan, dan segala sesuatu yang sudah Tuhan berikan kepada kita! kita harus bertanggung jawab melipatgandakan segala kemampuan, sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dan anugerah Tuhan.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Bagaimana Menghitung Hari-hari kita? (2)


Cara menghitung kurang. Orang bijaksana bukan saja memikirkan hidupnya bertambah, tetapi lebih memikirkan setiap tahun hidupnya sudah berkurang satu tahun. Ibu saya pada malam hari sering menyanyikan sebuah lagu, "Hidup sudah berkurang satu hari, kewajibanku sudah berkurang satu hari" Hidupnya setiap hari dianggap sebagai kesempatan menjalankan kewajiban, membimbing anak-anaknya di dalam jalan Tuhan. Pada waktu berjumpa dengan Tuhan dia pun merasa lega, karena dia sudah menjalankan kewajibannya dengan bertanggung jawab kepada Tuhan. Setiap tahun kita mengganti kalender berarti kita sudah lebih dekat ke kubur satu tahun. Setiap hari kita merobek penanggalan kita, berarti hidup kita sudah berkurang satu hari. Dengan  pikiran demikian, kurang kita akan menjadi orang yang bijaksana.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Bagaimana Menghitung Hari-hari Kita (1)


Ada empat  cara menghitung waktu sesuai dengan metematika. Pertama, cara tambah. ini adalah cara menghitung waktu dari orang-orang yang tidak suka berpikir, yang tidak berpengetahuan, dan yang tidak bijaksana. Anak-anak kecil biasanya mempunyai cara ini. Misalnya, waktu tahun baru atau hari ulang tahunnya. seorang anak kecil merasa senang karena umurnya bertambah, karena merasa sudah lebih besar. Tetapi orang tua biasanya tidak senang melewati tahun baru atau ulang tahunnya, karena mereka tidak suka memikirkan kapan mereka akan mati, malah banyak yang merasa takut, karena mengetahui sudah lebih dekat kepada hari kematiaanya. Celakalah kita jikalau setiap hari umur kita bertambah, tetapi tanpa isi atau makna yang ditambahkan kedalam hidup kita. Hari-hari hidup kita akan terus bertambah, tetapi biarlah juga kebijaksanaan, moral, dan iman kita pun bertambah, menjadi arti atau makna di dalam hidup kita. Ada orang yang umurnya panjang sekali, tetapi hidupnya kosong. Di antara pemimpin-pemimpin agama seperti Musa, Abraham, Budha, Yesus Kristus, Mohammad; dan diantara filsuf-filsuf besar seperti Plato, Sokrates, dan Aristoteles, yang paling berumur pendek adalah Yesus Kristus; Dia mati pada umur kira-kira 33 1/2 tahun. Tetapi hidup manusia tidak bergantung pada panjang pendeknya umur, yang penting adalah bobotnya.

(diambil dari buku "Waktu dan Hikmat" - Pdt. Dr. Stephen Tong)

Orang Yang Suka Marah (2)


Marah hanya bisa membereskan diri sendiri tapi tidak bisa membereskan orang lain. Seorang guru yang agung adalah guru yang tidak gampang marah. Seorang ayah yang berhasil dalam mendidik anak tahu kapan dia harus marah dan kapan dia tidak perlu marah. Banyak orang yang tidak mengerti akan prinsip ini gampang diperbudak emosinya sendiri. Kalau dia sudah tidak tahan, maka dia meledakkan amarahnya dan merasa lega. Akhirnya amarah itu hanya menyelesaikan diri sendiri, tidak menyelesaikan orang lain.Kalau seseorang sudah marah, anaknya dipukul setengah mati, benda-benda dirusak. Semua dianggap salah, hanya dirinya yang tidak salah. Akibatnya, bukan saja sang anak tidak memperoleh didikan, ia malah belajar memakai cara yang sama jika sudah besar.

Jadi yang perlu adalah belajar, marah tidak berguna. Marah hanya menyelesaikan kerisauan yang ada di dalam dirimu lalu melemparkannya kepada orang lain. Janganlah marah kecuali marahmu adalah amarah yang berada di dalam pengudusan Roh Kudus, bagi kemuliaan Tuhan Allah.

(diambil dari buku " Iman pengharapan dan kasih dalam krisis" - Pdt. Dr. Stephen 

Orang Yang Suka Marah (1)


Marah tidak pernah menjadikan dirimu stabil. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak gampang marah. kalau Tuhan kita marah, adalah marah yang sesuai dengan keadilan yang tidak mungkin bersalah. Itu yang disebut kemarahan ilahi, kemarahan yang kudus. Holy wrath of God, the wrath of God according to the truth, the wrath of God is based on His righteousness and His holy wrath. Kemarahan Tuhan adalah kemarahan yang suci, kemarahan yang wajar, kemarahan yang adil. Tetapi Dia tidak mudah memuntahkan kemarahan-Nya. Mempelajari filsafat marah adalah hal yang penting sekali. Allah adalah satu-satunya oknum yang berhak marah karena kemarahan-Nya adalah kemarahan yang tidak pernah salah. Karena semua emosi, tindakan, kelakuan dan perbuatan Allah harus selaras, komprehensif, sikon dan harmonis sepenuhnya. Allah yang tidak mungkin salah marah itu juga adalah Allah yang tidak marah.

Mengapa seseorang marah? Karena dia sudah terpojok, karena tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, maka dia marah. Marah membuktikan dia sudah tidak berdaya. Anak kecil mudah marah, tetapi orang yang banyak pengalaman tidak mudah marah karena dia tahu tidak perlu meggunakan cara marah.

(diambil dari buku "Iman pengharapan dan kasih dalam krisis" - Pdt. Dr. Stephen Tong)